Jumat, 11 Maret 2011

UKHUWAH ISLAMIYAH MEMANG INDAH... TAPI BAGAIMANA REALITASNYA?

Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) memang indah, tapi kenyataannya jauh dari kata indah, seperti banyak muslim yang lupa akan hak-hak saudaranya, tidak amanah, dan luntur azzam (keinginan) untuk berdakwah. Bahkan dakwah Islamiyah pun harus memperhatikan Ukhuwah Islamiyah, bukannya kebencian kepada sesama umat Islam yang sudah menjalankan ajaran-Nya. Kebencian seharusnya kepada kekufuran dan kemaksiyatan. Yang benar yaitu dakwah yang tertegak atas akidah Islamiyah dan cinta kepada sesama umat Islam. Dan atas nama cinta kepada sesama umat Islam, kupersembahkan untaian kata ini kepada saudara-saudariku tercinta, yang berjalan atas dasar cinta pada Allah SWT dan keikhlasan dalam meraih RidhoNya...UHIBBUKUM FILLAH. (Aku Mencintai kalian karena Allah).

Krisis ukhuwah dalam umat islam
Ukhuwah Islamiyah, kemuliaan adalah yang mampu mengejawantahkan aqidah dalam segala dimensinya dan melebur segala kelas sosial berdasar ketakwaan. Kenyataannya, fenomena yang terasa akhir-akhir ini, kaburnya umat Islam dalam menjalankan Islam telah menghilangkan ukhuwah Islamiyah. Ada umat Islam terjebak kepada fanatisme simbol dan golongan, ada pula yang terjebak kepada batas suku, daerah dan negara. ada umat Islam yang terjebak dalam mengeksploitasi harta sesama umat Islam melalui sistem riba dan ada umat Islam yang terjebak mengadu domba sesama umat Islam. Membelanya seakan-akan melebihi dari membela Islam. Lalu kapan Islam terasa manis karena ukhuwah yang harmonis?
Krisis yang telah lama mencekam masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim ini di mana masyarakat Indonesia sampai sekarang belum mau menerapkan Islam secara menyeluruh semakin menyadarkan bahwa sedang terjadi krisis kepercayaan, krisis hukum dan moral yang berlanjut pada krisis ukhuwah yang semakin parah.
Di sekitar kita, dalam kondisi yang berbeda, ada pula saudara muslim yang tenggelam dalam kenikmatan hidup dengan bergelimang dosa. Mereka mengumbar kehinaan dengan sadar, murah, dan tanpa rasa berdosa yang bergelayut dibenaknya. Mereka gadaikan izzah (kemuliaan) dan status penghambaan dengan kemaksiyatan dan bujukan setan. Semua itu semata karena ketidakpahaman dan ketidakmengertian yang menggeser kedudukan ukhuwah Islamiyah di dalamnya, hingga ukhuwah yang indah pun terasa pudar ditelan zaman. Bahkan mereka menganggap ukhuwah Islamiyah sebagai suatu khayalan. Kita dapati juga pada saat yang sama ada yang terperosok membela kejahiliyahan seperti sekulerisme, kapitalisme, sosialisme, patriotisme, nasionalisme atau komunisme yang ujung-ujungnya menghilangkan Ukhuwah Islamiyah, ada yang terperosok dalam mengeksploitasi harta sesama umat Islam melalui riba dan ada yang terperosok dalam mengadu domba sesama umat Islam. Inilah yang sesungguhnya telah memporakporandakan ukhuwah Islamiayah di antara umat Islam seluruhnya. Padahal fakta yang telah dan akan menjawab semua kegelisahan akibat hiruk pikuknya kejahiliyahan adalah ukhuwah islamiyah. Kini saatnya kita teriakkan ukhuwah atas nama cinta kepada-Nya,
Ironisnya, para pendakwah dan umat Islam, yang seharusnya meneriakkan ukhuwah Islamiyah faktanya tidak meneriakkan ukhuwah Islamiyah. Mereka yang mengaku sebagai pewaris para nabi, dari kalangan ulama, umaro, mujaddid, shidiqin, dan syuhada yang seharusnya mampu membukakan mata umat manusia pada akidah dan hukum syara’ islam. membangkitkan umat pada kemuliaanya, dan menyatukan seluruh manusia dalam persatuan ternyata banyak yang terperosok dalam perdebatan yang makin memecah belah dengan teramat parah. Seakan lupa, bahwa hakikatnya kebenaran hanyalah milik Allah, bahwa Wala (loyalitas) dan Ghayah (tujuan) hanya untuk Allah dan RasulNya, bahwa segala pendapat, uslub dan fikrah di tingkat furu’ (cabang) merupakan ijtihad yang bisa benar dan bisa salah, bahwa setiap Muslim adalah bersaudara dalam sistem Islam, bahwa hak melegalisasi hanya pada khalifah dan bahwa perpecahan hanyalah akan melemahkan langkah dan mencerai-beraikan barisan Umat Islam. Allah telah berfirman dalam surat Al Hujuuraat (49) : 13 , "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Ukhuwah Islamiyah sangat bermakna di masa silam, yang mampu melebur menjadi satu sistem dari segala kelas sosial, menyusun ragam suku, bahasa, budaya, negara, politik, hingga pemikiran dan rasa menjadi warna-warni mozaik indah beridentitas : Islam. Namun, ukhuwah ini makin memudar hari ini. Batas-batas nisbi yang diciptakan kejahiliyahan menyebabkan berbagai kepentingan mengatasnamakan Islam, bahkan ada yang bersumpah untuk merobohkan lawannya dengan berbagai cara. Permasalahan seperti itu memang terjadi, namun insya Allah semuanya segera dan mudah di atasi selama semuanya masih berpegang pada akidah dan ajaran agama Islam. Yang menjadi masalah besar adalah bercokolnya ide-ide jahiliyah yang akhirnya menjauhkan dari Ukhuwah Islamiyah, banyaknya eksploitasi dan adu domba yang dialami umat Islam. MasyaAllah!! Lalu, dengan jumlah pewaris para nabi, dari kalangan ulama, umaro, mujaddid, shidiqin, dan syuhada pengemban risalah yang seperti itu mampukah kita bertahan menjaga agama Allah ?? Sampai kapankah diri ini terus larut dalam perpecahan, ego dan fanatisme menambah keretakan tak berpangkal dan berujung, serta masih bercokolnya kejahiliyahan, eksploitasi dan adu domba? Maka, wahai para pengemban risalah, penegak agama Allah: TEGAKANLAH ISLAM DAN BERSAUDARALAH DALAM ISLAM!!

Hakikat bersaudara dalam islam
Ukhuwah Islamiyah adalah salah satu karunia, cahaya, kemuliaan, dan nikmat Ilahiyah yang dituangkan oleh Allah ke dalam hati hambanya yang ikhlas, para wali pilihan, dan orang-orang yang bertaqwa kepadaNya dan seluruh umat Islam, serta menyatu dengan Iman dan Taqwa dan menyatu dengan sistemnya. Karena tidak ada ukhuwah tanpa Iman dan tiada Iman tanpa Ukhuwah, di mana Iman dan ukhuwah ini dijaga dengan sistem Islam.
Perlu diperhatikan, ukhuwah Islamiyah juga harus menyertakan sistemnya. Maka tidak diragukan lagi cepat atau lambat, jika ukhuwah ini kosong dari Iman, akan mengakibatkan ikatannya menjadi ikatan yang didasari oleh adanya kepentingan dan manfaat pribadi, kelompok atau golongan, yang mengakibatkan hancurnya ukhuwah itu sendiri. Oleh karena itu, Ukhuwah Islamiyah harus dijaga dengan sistemnya. Hal itu sebagaimana Rasulullah SAW pada masa lalu yang menjaga Ukhuwah Islamiyah kaum Muhajirin, Anshar dan seluruh umat Islam pada waktu itu dengan kepemimpinan umum yang dipimpin Nabi SAW. Demikian juga sebagaimana pada para khulafaurrasyidin dan para Khalifah setelahnya dari kalangan Bani Umayyah, Abbasiyah dan Utsmaniyah yang menyatukan umat Islam dalam satu kepemimpinan umum bersama-sama.
Dengan Ukhuwah bersama dengan sistemnya inilah Anda akan menemukan Ukhuwah yang tangguh dan tegar, yang tidak akan terpengaruh oleh badai dan topan yang menerpanya. Dia akan menjadi kokoh seperti gunung, bersinar seperti matahari dan akan selalu tegar seperti pagi yang cerah. Penyebabnya adalah keIkhlasan karena Allah semata, Iman dan Taqwa, berhukum dengan hukum Allah SWT, mengembalikan segala persoalan kepada petunjuk Nabi Muhammad SAW, selalu saling nasihat menasihati karena Allah dan setia dalam waktu senang dan waktu susah yang semuanya itu dilaksanakan dalam ukhuwah Islamiyah bersama dengan sistemnya.
Jika anda menjumpai orang yang mengaku dirinya beriman dan bertaqwa, tetapi dia tidak memiliki sifat Ukhuwah dan persahabatan murni, berarti imannya masih perlu dipertanyakan. Rasulullah dalam sabdanya menjelaskan, bahwa : "Tidak beriman seorang dari kamu, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri" (HR. Bukhari . Muslim). Hal itu juga bisa terjadi manakala Ukhuwah Islamiyah tidak dijaga dengan sistemnya. Ukhuwah yang dimiliki mungkin palsu sebagaimana iman dan taqwanya karena Ukhuwahnya tidak dijaga dengan sistemnya tetapi dijaga dengan sistem jahiliyah yang tidak Islami.

Keutamaan Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah selalu menghadirkan ketentraman dan merupakan kebutuhan fitrah dan asasi yang senantiasa menuntut untuk dipenuhi. Dan sejak dahulu, kini, dan nanti hingga akhir jaman, senantiasa dirindukan perwujudannya dalam kehidupan Umat Islam sebab dengan itu kebangkitan dan kemuliaan dapat diraih.
Adapun keutamaan yang lain dari Ukhuwah Islamiyah adalah nikmat Allah SWT yang besar berupa kebangkitan dan kemuliaan. Oleh karena itu memutuskan Ukhuwah sama saja dengan mengkufuri nikmat-Nya. Allah SWT berfirman dalam Surat Ali Imran (3) ayat 103, yaitu : "Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah keseluruhannya, dan janganlah kamu berpecah belah. Ingatlah kamu akan nikmat Allah yang dilimpahkanNya kepadamu ketika kamu dalam keadaan saling bermusuhan, lalu Allah menyatukan antara hati-hati kamu. Maka jadilah kamu dengan nikmatNya bersaudara."
Ukhuwah Islamiyah juga bisa menyebabkan datangnya pertolongan Allah SWT, kemenangan melawan orang kafir dan berbondong-bondongnya orang kafir menganut agama Islam. Sebagaimana dalam surat An Nashr 1-3: “Jika telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia berbondong-bondong masuk ke dalam agama Allah, maka sucikanlah (nama Allah) dengan memuji tuhanmu dan mohonlah Ampun (kepadaNya).
Sehingga jika diri sudah memahami ayat-ayat Allah mengenai keutamaan ukhuwah dan dilaksanakan bersama dengan sistemnya, maka wajah umat akan semakin bersinar, kemuliaan diri dan umat akan menonjol, kebangkitan menjelang, dosa-dosa mereka diampuni, pada hari kiamat mereka berada di bawah naungan Arsy-Nya, berada dalam naungan cinta pada Allah, berada di dalam Surga Allah dan keridhoan-Nya, dan merasakan manisnya Iman dalam hati..Subhanallah.

Indahnya meretas ukhuwah harmonis, berdakwah semakin manis
Islam selalu menghendaki ukhuwah yang bersih lahir dan batin bersama dengan sistemnya. Hingga persaudaraan hangat yang muncul pun bukanlah lips service semata dan tipu-tipuan, namun memang terpatri kuat di dalam dada dan dilaksanakan dengan sempurna. Untuk memujudkannya, Rasulullah SAW memberikan kiat-kiatnya sebagai berikut:
1. Membentuk pemikiran Ukhuwah dengan membangun kesadaran tentang akidah dan Hukum syara’ ukhuwah Islamiyah.
2. Membentuk perasaan Ukhuwah, misalnya dengan cara memberitahukan kecintaan anda kepada yang anda cintai atas nama Allah, mohon dido'akan dari jauh bila berpisah, saling tolong menolong dalam kebaikan, tiada prasangka dalam bersaudara, selalu menunjukkan kegembiraan dan "senyuman" bila berjumpa saudara, berjabat tangan dan saling bermaafan ketika bertemu maupun akan berpisah, Sering mengunjungi, memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya, atau memenuhi hak ukhuwah saudaranya.
3. Mewujudkan sistem Ukhuwah Islamiyah yang menyatukan umat Islam.

Itulah warisan yang sangat bernilai yang telah diwariskan oleh Nabi Muhamad SAW dan dilanjutkan oleh para sahabatnya dan para ulama, umaro, mujaddid, shidiqin, dan syuhada yang meyakini dan menjalankan Islam. Sesuatu yang hari ini semakin menipis. Kapankah kiranya kita akan tergerak membenahinya? Semua bergantung pada keyakinan kita akan janji Allah dan Rasul-Nya. Maka tolonglah agama Allah SWT, pasti Allah SWT akan menolong kita. Semoga Ukhuwah ini makin harmonis yang membuat gerak dakwah semakin bertambah manis dan selalu ada di setiap pikiran dan hati tiap Muslim, khususnya pengemban risalah dakwah... Amin.



Selamat Dan Dukses
KAJIAN ISLAM
“UKHUWAH ISLAMIYAH MEMANG INDAH!!”

TEMPAT : MASJID Al HUDA GG MURAI WARINGINREJO, CEMANI SUKOHARJO
HARI : AHAD, 13 MARET 2011
WAKTU : 09.00 – 12.00 WIB
PEMBICARA :
1. Ustadz Abu Halimah Ar-Rosyidah (Kontributor Buletin Ukhuwah)
2. Ustadz Shidiq (Pengurus FKM Cabang Wonogiri)
READ MORE - UKHUWAH ISLAMIYAH MEMANG INDAH... TAPI BAGAIMANA REALITASNYA?

Sabtu, 05 Maret 2011

BELAJAR DARI KEMELUT DI TUNISIA DAN MESIR

Secara mengejutkan, revolusi rakyat meledak di Tunisia dan Mesir. Sebuah negeri kecil nan indah di wilayah Arab Barat atau Afrika Utara yang selama ini tergolong lebih stabil dibandingkan negara-negara Arab yang lain. Pengamat selama ini memperkirakan peristiwa semacam itu akan terjadi bukan di Tunisia dan Mesir, namun di negara-negara Arab dengan oposisi kuat. Protes rakyat di berbagai belahan negeri Tunisia selama kurang dari satu bulan berhasil meruntuhkan kekuasaan diktaktor Ben Ali yang ditopang penuh oleh intelejen dan kepolisian. Sebagian masyarakat Arab menyambut peristiwa itu dengan gegap gempita dan penuh suka cita. Demikian pula hal ini terjadi di Mesir dan akhirnya pada 11 Februari 2011 presiden Hosni Mubarakpun dipaksa mundur oleh para pengunkuk rasa. Bahkan saat ini kejadian yang sama terjadi dan meluas sampai keSudan, Yaman, Iran dan Yordania. Dan tidak menutup kemungkinan akan lebih luas lagi. Sebenarnya apa yang terjadi sehingga peristiwa Tunisia, Mesir, Sudan, Yordania bisa menjadi gelombang besar yang mampu meruntuhkan rezim-rezim Arab yang pada umumnya telah berkuasa lebih dari 20 tahun?

Kegagalan Demokrasi
Gerakan revolusioner yang luar biasa dari kaum pekerja dan pemuda Tunisia yang berakhir dengan penggulingan diktator Zine al-Abidine Ben Ali (Zaenal Abidin Bin Ali, pent.) setelah 23 tahun berkuasa membuat hampir semua orang terkejut, termasuk pemerintah Tunisia. Pada tanggal 6 Januari majalah The Economist dengan yakin mengatakan: "Kekacauan di Tunisia tidak mungkin akan menggeser seorang presiden berumur 74 tahun ini atau pun menggoyang model otokrasinya". Negeri Afrika Utara ini dilihat sebagai sebuah tempat dengan stabilitas dan kemakmuran yang relatif, meskipun diperintah dengan sangat kejam. Bagi para investor asing, Tunisia telah menjadi tempat yang aman untuk berinvestasi dan tempat sumber tenaga kerja murah. Bagi para wisatawan, Tunisia merupakan tempat untuk berjemur di bawah terik matahari dan menikmati hidup.
Kejadian di Tunisia sebenarnya berawal dari insiden kecil yaitu pembakaran diri seorang pedagang buah di kota Sidi Bouzid yang percikannya menyebabkan kebakaran besar. Mohamed Bouazizi, seorang pemuda yang membakar diri, pada kenyataannya, seorang lulusan universitas yang, seperti banyak orang lainnya, tidak dapat menemukan pekerjaan yang sesuai. Ia mencoba untuk menyambung hidup dengan menjual buah-buahan dan sayuran, tetapi inipun mustahil ketika seorang polisi menghentikannya dari berjualan karena tidak punya ijin. Dalam keputusasaannya, dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang dramatis. Dia meninggal beberapa minggu kemudian. Kejadian ini memicu gelombang besar demonstrasi dan kerusuhan. Memburuknya situasi ekonomi, kenaikan harga sembako, tingkat pengangguran yang parah, tidak adanya kebebasan, ketiadaan jalan keluar dari kemiskinan dan pengangguran, ini semua membuat rakyat menjadi frustasi yang pada akhirnya terjadilah kasus Tunisia. Sebenarnya hal ini tidak begitu mengherankan dalam sistem pemerintahan Demokrasi/kapitalis. Dalam negara demokrasi, yang sering berlaku adalah hukum besi oligarki, yakni sekelompok penguasa (dan pengusaha) saling bekerjasama untuk menentukan kebijakan politik, social dan ekonomi negara tanpa harus menanyakan bagaimana aspirasi rakyat yang sebenarnya. Partai politik dan wakilnya di Parlemen bekerja lebih untuk memenuhi aspirasinya sendiri. Hal ini tentunya menimbulkan adanya kesenjangan sosial, yang akhirnya yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin tertindas. Ini wajar karena kekuasaan dalam sistem kapitalis hanya diatur oleh sebagian kecil para kapital. Negara bak ladang yang subur untuk para kapital, meskipun harus menindas rakyat kecil.
Namun berbagai macam bentuk kegagalan itu saat ini dianggap sebagai sebuah kesalahan dari penerapan demokrasi oleh beberapa pengamat Barat. Mereka menganggap apa yang terjadi saat ini justru menunjukkan kekuatan demokrasi sesungguhnya yaitu dengan munculnya kekuatan rakyat yang sesungguhnya yang akhirnya memunculkan kekuatan rakyat untuk menggulingkan pemerintahan berkuasa. Padahal yang terjadi bukanlah demikian, yang terjadi masyarakat dunia saat ini hanya sedang heavy untuk mencari sistem yang mampu membawa rakyat ke arah yang lebih baik. Yang perlu diwaspadai oleh setiap masayarakat muslim di penjuru dunia adalah bahwa jangan sampai keinginan untuk membangun sistem yang baik akan tetapi justru tercebur dalam kesalahan yang fatal atau dengan kata lain jangan sampai keluar dari penggorengan tetapi justru masuk dalam bara api yang membakarnya. Jangan sampai perubahan yang diinginkan oleh umat islam di beberapa negeri muslim justru dijadikan tunggangan oleh kepentingan-kepentingan lain yang justru ketika perubahan itu terjadi bukan rakyat yang memegang kekuasaan tetapi justru kapitalisme yang kembali berkuasa.
Memang kalau kita melihat kondisi politik diberbagai negeri kaum muslim ada kecenderungan untuk adanya perubahan atau revolusi, namun yang perlu diperhatikan bahwa perubahan-perubahan itu tidak membawa hasil apa-apa dalam kehidupan. Karena memang selama ini perubahan hanya mengganti penguasa. Perubahan semacam ini tidak akan membawa perubahan apa-apa justru momentum perubahan seperti ini yang seringkali ditunggangi para kapitalisme.
Perubahan memang sesuatu yang sangat diharapkan tatkala sistem yang berjalan tidak dapat melindungi dan mengayomi rakyat. Sehingga seringkali kekuatan rakyat (people power) yang akhirnya dapat melakukan perubahan. Memang dalam islampun penggunaan kekuatan rakyat (people power) bisa saja dilakukan dengan jalan unjuk rasa atau demonstrasi. Namun demikian, hal itu tentu dalam rangka untuk menerapkan islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tentu tidak berguna apa-apa jika kaum muslim saat ini berhimpun untuk melakukan perubahan namun tidak memahami arah perubahan yang ingin dicapai. Kalau perubahan yang dimaksud hanyalah pergantian rezim tentunya hal semacam ini menjadi tidak berguna apa-apa. Akan tetapi ketika umat berhimpun dan melakukan perubahan dalam rangka penerapan islam dalam seluruh aspek kehidupan dan opini masyarakat mengarah pada kebutuhan keberadaan perubahan itu maka kekuatan rakyat (people power) yang akan membawa perubahan yang benar.

Saat yang tepat kembali ke Sistem Islam
Allah SWT berfirman :
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki. (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maidah [5]: 50).
Seperti yang kita ketahui bahwa di negara-negara Arab saat ini telah diterapkan pemerintahan kapitalisme yang sekuler, dimana dalam dasar politik dalam sekularisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Hukum dibuat dan bersumber dari akal dan hawa nafsu manusia melalui proses demokrasi. Hukum dibuat oleh segelintir orang yang tidak lepas dari kepentingan, baik kepentingan uang ataupun kekuasaan.
Berbeda dengan Islam, dimana Islam merupakan risalah yang diturunkan oleh Allah Swt melalui Rasul-Nya Muhammad Saw. Islam telah membawa corak pemikiran yang khas yang bisa melahirkan peradaban yang lain sama sekali dengan peradaban manapun. Sehingga Islam mampu membangun sebuah masyarakat yang pemikiran, perasaan, sistem dan individu-individunya lain sama sekali dengan masyarakat manapun. Demikian juga Islam juga membawa aturan yang paripurna, yang mampu menyelesaikan seluruh problem interaksi di dalam negara dan masyarakat, baik dalam masalah pemerintahan, ekonomi, sosial, dll. Seperti kasus yang terjadi di Tunisia, maka jika sistem Islam diterapkan, bisa dipastikan tidak perlu sampai ada demontrasi besar-besaran, bahkan di Mesir saat ini sudah terdapat korban meninggal dunia 102 orang.
Ada dua alasan utama yang menyebabkan adanya perbedaan yaitu pertama di dalam sistem pemerintahan Islam, ditegakan oleh 4 pilar yang salah satunya adalah kedaulatan di tangan Syara’. Kedaulatan pada dasarnya adalah “menangani dan mengendalikan aspirasi”, jadi kalau dalam negara demokrasi kita mengenal “kedaulatan ditangan rakyat berarti rakyatlah yang menangani dan mengendalikan aspirasinya. Rakyat akan mengangkat siapa saja yang mereka kehendaki dan akan memberikan hak penanganan dan pengendalian aspirasinya kepada siapa saja. Inilah fakta kedaulatan yang justru malah menghilangkan kekuasaan di atas pundak rakyat. Bisa kita bayangkan jika pihak-pihak yang dipilih rakyat untuk menangani dan mengendalikan aspirasi mereka ternyata hanyalah tipuan yang hanya menguntungkan beberapa pihak, maka sangatlah wajar jika terjadi kesenjangan diberbagai hal. Hal ini berbeda dengan Islam, kedaulatan di tangan syara’ sehingga yang menangani dan mengendalikan aspirasi adalah hukum sayar’ bukan individu, bukan segelintir kapital yang bisa seenaknya sendiri. Melainkan ditangani dan dikendalikan berdasarkan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah. Oleh karena itu yang berkuasa ditengah-tengah umat dan individu serta yang mengendalikan aspirasi umat adalah berdasarkan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah Swt. Sehingga tidak mungkin terjadi penyalahgunaan wewenang seperti menguntungkan pribadi dan keluarga penguasa, seperti terjadi di Tunia, dan negara-negara Arab.
Kedua, Islam memiliki sistem pemerintahan yang baik dalam hal pemberhentikan seorang penguasa. Dalam sistem pemerintahan Islam, ada 2 keadaan yang bisa menyebabkan seorang penguasa (Khalifah) diberhentikan yaitu
1. Keadaan yang secara otomatis mengeluarkan penguasa (khalifah) dari jabatan Khilafah, yaitu murtad, gila, dan ditawan musuh
2. Keadaan yang tidak secara otomatis mengeluarkan khalifah dari jabatannya, akan tetapi dia tidak boleh mempertahankan jabatan khilafahnya yaitu ; fasik, berubah kelamin, gila tapi tdk parah, tdk bisa melaksanakan tugas (cacat, sakit keras) dan adanya tekanan yang menyebabkan khalifah tidak bisa menggunakan pikirannya sendiri sesuai dengan hukum syara’ (seperti saat ini banyak penguasa negara-negara Arab yang menjadi boneka asing)
Dan dalam sistem Islam, umat tidak memiliki hak untuk memberhentikan khalifah meskipun umatlah yang khalifah ditetapkan berdasarkan bai’at umat, akan tetapi syara’ telah menetapkan kapan seorang khalifah berhenti dengan sendirinya meskipun tidak diberhentikan. Islam mempunyai sistem tersendiri yang mengatur mekanisme yang akan memastikan apakah seorang khalifah telah melanggar ketentuan sehingga layak diberhentikan, yaitu melalui Mahkamah Madzalim. Institusi inilah yang paling berhak menentukan keputusan (vonis berhenti atau tidak) seorang khalifah.

Waspadalah !
Krisis politik bergejolak di Tunisia, Mesir, Sudan dan Yordania tak lepas juga karena adanya campur tangan pihak asing dalam rangka menghancurkan kaum muslimin dan dalam rangka tetap mengukuhkan hegemoni mereka di negara-negara Arab yang selama ini telah menjadi boneka. Harus diwaspadai para pengemban dan antek kapitalisme yang mencoba merongrong dan memecah belah umat islam. Kita harus senantiasa waspada terhadap segala kemungkinan yang dicoba dijadikan jalan para kapitalisme guna menhancurkan umat ini dengan menancapkan hegemoni kapitalisme di negero-negeri kaum muslimin. Jangan sampai kita terjebak ingin melakukan revolusi akan tetapi justru revolusi kaum muslimin menjerumuskan dalam sistem yang lebih buruk lagi. Jangan sampai keinginan kita keluar dari wajan penggorengan dengan jalan revolusi tetapi justru kita terjatuh dalam bara api penggorengan itu, atau dengan kata lain setelah terlepas dari rezim diktator yang terjadi akan tetapi terjerembab dalam gendongan ideologi kapitalisme yang sudah terbukti menyengsarakan umat.
Revolusi yang benar dalam rangka mewujudkan sistem yang baik adalah dengan penerapan syari’at islam secara menyeluruh diaspek kehidupan dalam naungan kepemimpinan islam bukan dengan jalan revolusi yang lain. Revolusi menuju kepada sistem yang batil justru akan membawa kesengsaraan bagi umat islam. Hendaknya segenap kaum muslimin dipenjuru dunia menyadari tentang kebutuhan dan kerinduan umat islam terhadap penerapan syariat di muka bumi ini. Wallahua’lamu bisshawab
READ MORE - BELAJAR DARI KEMELUT DI TUNISIA DAN MESIR