Sabtu, 06 November 2010

MEMBANGUN KESATUAN UMAT DAN UKHUWAH ISLAMIYAH

Dalam beberapa waktu terakhir ini, kita kembali diingatkan sekaligus dikejutkan dengan beberapa kejadian di negeri ini tentang terjadinya kerusuhan-kerusuhan di beberapa tempat sebagaimana yang terjadi di tarakan. Belum lagi adanya pertikaian antar ormas yang ada negeri ini. Lebih jauh kita melihat bagaimana yang terjadi di negeri-negeri muslim lainnya, mereka saling bertikai memperebutkan sesuatu yang sebenarnya tidak ada gunanya sebagaimana yang terjadi di Palestina, Lebanon, Pakistan dan beberapa Negara di Timur Tengah lainnya.
Hendaknya untuk mengingatkan, kita tengok sejenak apa yang terjadi di Irak saat ini, bagaimana pertikaian antar kelompok masih saja terus terjadi, apakah antara kelompok pemberontak dengan para penguasanya ataupun permusuhan antara kelompok-kelompok agama di sana. Tentunya kondisi ini membuat kita menjadi miris tentang kondisi umat islam saat ini. Umat yang jumlahnya lebih dari 1 milyar akan tetapi tidak ada daya upaya untuk bersatu tapi justru sebaliknya terpuruk dalam perselisihan-perselisihan yang tiada guna. Hal ini juga yang sering terjadi di negeri ini, bagaimana sesama muslim saling bertikai hanya karena perbedaan-perbedaan kecil yang akhirnya menjadi pertikaian besar diantara kelompok bahkan etnis diantara sesama umat islam.
Kondisi ini tentunya membuat kita bertanya pada diri kita dan kepada semua kaum muslimin di dunia, Sampai kapan umat islam akan berada dalam kondisi seperti ini? Apakah sudah tidak ada lagi keinginan umat islam untuk bersatu untuk kejayaan Islam? Dan akankah kita menjadi seperti buih di lautan yang jumlahnya banyak tetapi terombang-ambing oleh ombak di lautan? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang harus menjadi perhatian bagi kaum muslimin di seluruh dunia untuk menjawabnya.

Perbedaan adalah Fitrah
Kita memahami bahwa munculnya pertikaian, permusuhan dan perselisihan seringkali diawali oleh adanya perbedaan. Dari perbedaan itulah akhirnya muncul perselisihan. Padahal kalau kita memahami Al Quran sesungguhnya perbedaan merupakan sesuatu yang wajar. Hidup di dunia ini memang penuh dengan perbedaan. Allah sendiri pun sudah menerangkan dalam firman-Nya:
”Wahai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al Hujurat: 13).
Ayat di atas menjelaskan bagaimana sejak awal Allah telah menciptakan perbedaan itu diantara manusia. Namun bukan berarti perbedaan itu dipergunakan untuk mencela, mencaci dan menghina orang lainnya. Melainkan Allah mengajarkan bagaimana perbedaan itu ada agar manusia bisa mengenal sesamanya dari bangsa, suku, etnis lainnya supaya saling mengenal diantara mereka. Sehingga kitapun harusnya memahami apa arti perbedaan dalam hidup di dunia.
Bagaiamana bisa kita lihat pada masa sahabat yang merekapun kadang terjadi perbedaan. Sebagai contoh Ketika Rasulullah wafat, pun sudah ada ketegangan akibat beda pendapat antar para sahabat. Mereka berselisih paham mengenai tempat pemakaman Rasulullah Saw. Yang lebih besar lagi, mereka pun berselisih pendapat mengenai suksesi kepemimpinan sesudah Rasulullah Saw.
Kejadian di Bani Tsaqifah yang begitu tegang, hampir-hampir meruntuhkan persatuan mereka. Masing-masing pihak merasa sebagai pemimpin yang berhak memberi keputusan. Namun karena mereka adalah manusia-manusia yang senantiasa berpegang teguh pada akidah dan hukum islam, mereka mendasarkan perbedaan pendapat tersebut dari niat yang ikhlas, maka mereka pun berhasil menemukan satu kesepakatan. Akhirnya Umar bin Al Khattab pun membai’at Abu Bakar dan dikiuti para sahabat yang lain.
Begitu juga yang terjadi antara Umar Ibn Khattab dengan Abdullah Ibn Mas’ud, dua orang sahabat yang sama-sama tak diragukan kedalaman ilmu dan kecerdasannya kehebatannya oleh ummat. Keduanya berselisih pendapat dalam banyak hal. Menurut catatan yang dibuat oleh Ibnu Qayyim, masalah-masalah yang mereka perselisihkan ada lebih dari seratus buah. Tetapi sebegitu besar perselisihan mereka, tetap saja keduanya bisa bersatu dalam berbagai kecocokan pula. Sehingga Umar pun tak ragu menunjuk Abdullah bin Mas’ud sebagai pembantu dekatnya dalam menjalankan roda pemerintahan.
Silang pendapat ini bisa terjadi karena banyak sebab. Mungkin karena latar belakang keluarga, pergaulan, wawasan, tingkat pendidikan, watak dan sikap, serta masih banyak lagi. Allah mentaqdirkan manusia tidak ada satupun yang sama. Adalah wajar jika di antara manusia terjadi perbedaan pandangan, perbedaan pendapat dan sikap atas suatu masalah. Dalam satu soal mungkin ada yang sama pendapatnya, tapi dalam banyak soal yang lain mungkin berbeda. Yang demikian itu adalah sikap dasar manusia.
Tentunya perbedaan-perbedaan yang kita tolerir adalah perbedaan-perbedaan yang bersifat furu’ saja. Perbedaan mendasar dalam berakidah tentunya tidak bisa ditolerir oleh umat islam. Namun, jika terjadi hal demikian, maka tidak bisa umat islam bertindak sendiri-sendri akan tetapi persoalan tersebut dikembalikan pada aturan Allah tentang hukum persoalan tersebut.
Sehingga kita bisa mengambil pelajaran betapa Allah telah mengajarkan kita tentang arti perbedaan. Karena sesungguhnya Dia mengetahui hal yang tidak kita ketahui. Hal ini mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan yang ada tanpa pilih-pilih. Adat istiadat setiap negeri pun, antara satu dengan negeri lain tentunya berbeda. Hal itulah yang membuat dunia ini penuh warna. Dengan cara Itu Allah membuat kita agar mengenal satu sama lain. walaupun kita berbeda tetapi kita adalah satu-kesatuan sebagai makhluk Allah.

Kesatuan Umat dengan Ukhuwah Islamiyah
Melihat kondisi umat islam dengan berbagai macam carut marutnya tentu mengingatkan pada kita pada masa sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi utusan Allah Swt. Kondisi masyarakat Arab Jahiliyah saat itu, sangat menyedihkan perang antar suku selalu berkecamuk, tanpa ada yang menghentikan. Masyarakat yang lemah menjadi santapan penindasan bagi kaum yang kuat. Para pemuka masyarakatnya saling menghina dan mencaci-maki dengan keahlian silat lidah mereka. Belum ada agama yang dapat menghalanginya. Tidak ada aturan dan hukum yang dapat mencegahnya. Dan bahkan rasa kemanusiaan pun hampir punah dan sirna dari jiwa mereka. Begitulah keadaan mereka, kerusakan dan kehancuran jiwa dan raga menimpa mereka. Perpecahan dan pertikaian sudah menjadi hal yang biasa, dalam kondisi yang gelap seperti ini datanglah cahaya Islam yang menerangi mereka sehingga seluruh negeri Arab mendapat kedamaian, persaudaraan dan persatuan. Hati mereka yang kotor, penuh dengan kedengkian dan permusuhan berganti dengan keikhlasan dan kasih sayang. Keadaan seperti tersebut diatas, digambarkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya :
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara, kamu telah berada di tepi jurang neraka lalu Allah menyelamatkanmu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (QS. Ali-Imran: 103).
Islam adalah satu-satunya dien yang paling kokoh yang dapat mewujudkan persatuan dan persaudaraan umat Islam pada khususnya dan umat manusia di muka bumi ini pada umumnya. Sebab Islam sangat menganjurkan kepada seluruh umat manusia yang hidup di dunia ini untuk saling kasih mengasihi, sayang menyayangi tidak terbatas hanya antara satu golongan atau satu suku saja, tetapi antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain, dan bahkan umat manusia diperintahkan untuk menyayangi seluruh makhluk Allah, termasuk hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Oleh sebab itu, kita sebagai penganut agama Islam harus mampu memperlihatkan kepada dunia bahwa Islam adalah agama persatuan dan persaudaraan untuk semua umat manusia di muka bumi ini. Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk mencintai dan mempertahankan, serta memelihara negara, mempersatukan umat dan membangun masyarakat. Sebagai contoh yang dapat kita ambil adalah, bahwa Rasulullah SAW, beliau adalah seorang pemimpin dan negarawan yang telah berhasil menyatukan berbagai golongan masyarakat yang sejak berpuluh-puluh tahun saling bermusuhan. Namun berkat kepemimpinan Rasulullah SAW sehingga terjalinlah persatuan dan persaudaraan sebagaimana sabda Rasulullah:
“Seorang mukmin dalam persatuan dan kasih sayangnya bagaikan tubuh yang satu tubuhnya merasa sakit, maka akan dirasakan oleh seluruh tubuhnya”. (HR. Bukhari).
Firman Allah Swt:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-Hujarat: 10).
Untuk menghadapi dan sekaligus mengatasi kondisi kita yang sangat memperihatinkan seperti sekarang ini, kiranya persatuan dan persaudaraan sangatlah diperlukan sebab dengan persatuan dan persaudaraan inilah para sahabat Rasulullah SAW dan para pendahulu kita dapat meraih kemengan dan keberhasilan. Demi menjaga persatuan dan persaudaraan, Imam Ali pernah berkata : “Sesungguhnya sesuatu yang hak dan benar akan menjadi lemah dan hancur karena perselisihan dan perpecahan, dan suatu yang bathil terkadang menjadi kuat dan menang, karena persatuan dan kesepakatan”.
Oleh sebab itu, mari kita ikuti perintah Allah dalam al-Qur’an :
“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Anfal :46).
Kita ikuti pula bimbingan Rasulullah SAW :
“Janganlah kamu saling mendengki, mencela, dan menjatuhkan, janganlah saling membenci, dan bermusuhan serta janganlah saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain dan jadilah kalian para hamba Allah yang bersaudara”. (HR. Muslim).
Kesatuan umat islam bisa diraih dan diwujudkan dengan keberadaan sistem yang satu yang diterapkan di muka bumi ini. Kesatuan sistem inilah yang akan mempersatukan umat islam di seluruh dunia untuk tunduk dan patuh atas apa yang Allah dan Rasul perintahkan. Keberadaan sistem islam yang satu inilah yang secara otomatis akan mewujudkan penerakan hukum syara’ tentang ukhuwah islamiyah diantara kaum muslimin yang ada di dunia ini. Akhirnya semoga umat islam menyadari hal ini semua dan bangkit untuk menyongsong kesatuan umat islam yang sesungguhnya untuk meraih kejayaan islam. Wallahu a’lamu bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar