Kamis, 23 Desember 2010

SELAMAT MENJADI ORANG KAYA

(Perhatikanlah ajaran Islam, termasuk surat At-Takatsur)

Salah satu tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat kapitalisme adalah membincangkan orang-orang kaya di tengah mereka. Kadang-kadang digosipkan latar belakangnya, keluarganya atau aktivitasnya. Tidak jarang dalam perbicangan tersebut berbagai aib yang terjadi pun dimunculkan sehingga perbicangan menjadi bombastis, seru dan ‘menarik’. Mereka tidak terlalu peduli dengan dampak-dampaknya, bahkan menurut mereka, hal tersebut sesuai dengan ideologi kapitalisme dan persaingan yang keterlaluan.
Berbagai media informasi dalam masyarakat kapitalisme pun mendukung perbincangan terhadap orang kaya tersebut. Mereka punya berbagai rubrik untuk mempublikasikan orang kaya tersebut dan ada di antara mereka yang secara rutin mempubikasikan daftar orang-orang terkaya di antara mereka. Oleh karena itu terlihat dengan jelas bahwa kepemimpinan mereka adalah kepemimpinan kapitalisme. Hal ini berbeda dengan media informasi Islam. Pembahasan mengenai orang kaya dan pembahasan yang lainnya diarahkan untuk mewujudkan ketakwaan sebagai kemuliaan hakiki seorang muslim di tengah masyarakat. Allah SWT berfirman dalam surat Al Hujurat ayat 13: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa”. Oleh karena itu media informasi Islam mempublikasikan berbagai hal agar ketakwaan selalu memimpin setiap diri pribadi.
Pada awal bulan Desember 2010 majalah Forbes yang mempunyai moto “The Capitalist Tools” (cara/alat kapitalisme), mengumumkan daftar orang-orang terkaya di dunia. Pengumuman ini adalah pengumuman yang ke 24. Jadi pengumuman ini sudah dimulai sejak pertengahan tahun 1980-an. Selain itu, secara rutin Forbes mengumumkan daftar 40 orang terkaya di berbagai negara seperti Indonesia, China, atau Australia.
Menurut mereka pengumuman ini mengandung ‘kabar baik’, khususnya terkait dengan keberhasilan Carlos Slim menduduki peringkat 1 mengalahkan Bill Gates yang sekarang di peringkat 2 dan sudah 14 tahun menduduki peringkat 1. Sesungguhnya mereka khawatir kekayaan tertinggi berhenti pada Bill Gates dan tidak ada yang mampu melebihinya. Hal itu secara tidak langsung menunjukkan tidak efektifnya kapitalisme untuk meraih kekayaan, bahkan kematian kapitalisme sudah diambang mata. Kenyataannya, tahun ini kekayaan Carlos Slim melebihi kekayaan Bill Gates, sehingga dibalik realita ini seolah-olah terkandung informasi bahwa kapitalisme belum mati dan masih merupakakan jalan untuk meraih kekayaan secara kapitalisme.
Demikian juga mereka senang dengan urutan orang-orang kaya di Indonesia. Memang Sukanto Tanoto terdepak dari daftar 500 orang terkaya di dunia, yang mana hal ini bisa bermakna kegagalan kapitalisme di Indonesia mencetak orang kaya, namun problema itu seolah-olah tertutupi dengan masuknya Khoirul Tanjung dalam 1000 orang terkaya dunia dan adanya 7 orang kaya di Indonesia yang kekayaannya meningkat sehingga masuk dalam 40 orang kaya di Indonesia.
Terlepas dari itu semua, umat manusia bisa melihat salah satu kebesaran dan keadilan Allah SWT di dunia yang memberikan kekayaan kepada siapa saja yang dikehendakiNYA. Ada yang kekayaannya sangat banyak sekali di mana kalau dikonversi bisa senilai 75% cadangan devisa negara Indonesia. Bukan berarti muslim pasti kaya sedangkan non muslim pasti miskin. Ada muslim yang kaya sebagaimana non muslim, dan ada juga muslim yang miskin sebagaimana non muslim. Allah SWT Yang ditanganNYA terletak kebaikan, dengan kekuasaanNYA memberikan rejeki kepada manusia sesuai kehendakNYA secara adil. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat 25 dan 26: “Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai semua kekuasaan Engkaulah yang menganugerahkan kekuasaan-kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkaulah yang mencabut kekuasaan dari orang-orang yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang menghinakan orang yang Engkau kehendaki. Di dalam tangan Engkau terletak segala yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala-galanya. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau yang memberi rizki kepada orang yang Engkau kehendaki tanpa batas”.
Perlu diketahui bahwa bukti kebesaran Allah SWT ini tidak boleh dimaknai sebagai kebenaran kapitalisme. Bahkan disitulah letak pemasalahannya, yaitu menjadi orang kaya secara kapitalisme. Minimal terdapat dua permasalahan dalam hal menjadi kaya secara kapitalisme. Pertama adalah kesesuaian dengan hukum syara’ Islam. Kedua adalah terjadinya ketimpangan ekonomi di tengah masyarakat. Kedua permasalahan tersebut harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

1. Kesesuaian dengan Syariat Islam
Harus diakui bahwa pada saat ini banyak sekali jalan memperoleh harta dan menjadi kaya yang kurang sesuai dengan syariat Islam. Sebagai contoh Bill Gates yang pernah bercokol bertahun-tahun sebagai orang kaya nomor wahid di dunia tenyata meraup kekayaan dari bisnis hak paten, yaitu hak paten software microsoft. Orang kaya yang lain ada yang meraup kekayaan dari bisnis telekomunikasi dan bisnis pertambangan raksasa yang pemilikannya seharusnya menjadi milik bersama. Sebagai contoh, mantan Presiden Turkmenistan, Niyazovterus, ternyata menyimpan dana hingga 3 miliar dollar AS dari pendapatan kilang minyak dan gas lepas pantai. Uang itu disimpan di sejumah nomor rekening, yang terbesar di Deutsche Bank, Frankfurt, Jerman. Ada juga yang memperoleh kekayaan melalui bank dan lembaga keuangan yang bersifat ribawi.
Demikian juga ada orang kaya yang menggunakan harta yang dimilikinya dengan penggunaan yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Sebagai contoh Lakshmi Mittal orang terkaya dunia nomor 5 asal India, pada tahun 2002 pernah memberikan sumbangan kepada partai Buruh Inggris yang dipimpin Tony Blair senilai Rp 35 milyar. Selain itu, ada yang menggunakan kekayaannya untuk menyuap ketika harus membayar pajak atau ketika tersangkut masalah hukum. Penyuapan ketika tersangkut masalah hukum kadang dilakukan sebelum pengadilan dilaksanakan supaya kasusnya di peti eskan, ada juga penyuapan ketika proses pengadilan sedang terjadi supaya hukumannya ringan dan ada pula penyuapan dilakukan setelah proses pengadilan selesai untuk menghindar dari hukuman yang diberlakukan padanya. Padahal Islam melarang dengan tegas suap menyuap. Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 188: “Dan sebagian kamu jangan memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan batil dan jangan kamu membawa harta kepada hakim dengan tujuan supaya (mendapat keputusan hakim) sehingga kamu dapat memakan sebagian dari harta orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” Adapun dalam hadits yang diriwayatkan Imam Abu Dawud dan pada masa sekarang ini telah disahihkan oleh Al-Albani, disebutkan bahwa Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhu berkata,“Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam melaknat pemberi suap dan penerimanya.”

2. Ketimpangan Ekonomi
Masalah lain yang menyertai kehadiran para orang kaya adalah ketimpangan ekonomi. Bagaimana tidak timpang kalau bersama mereka yang mandi kekayaan ini terdapat keadaan yang ironis. Sebagai contoh kemiskinan di Angola di mana satu dari empat anak di negara tersebut meninggal sebelum berusia lima tahun dan satu juta penduduknya bergantung kepada bantuan internasional. Adapun di Indonesia sendiri jumlah dana penanggulangan kemiskinan dalam kurun waktu 2010 sampai 2014 adalah Rp 270 Trilyun. Jumlah tersebut terasa timpang dengan kekayaan 10 orang terkaya di Indonesia yang berjumlah sekitar Rp 200 trilyun. Bayangkan saja penanggulangan ketimpangan hanya Rp 270 trilyun selama empat hingga lima tahun untuk mengentaskan kemiskinan sebanyak 14,15% dari penduduk Indonesia pada tahun 2010 dan 32,5 juta orang Indonesia yang pada tahun 2009 berada pada level kemiskianan ekstrem, sedangkan kekayaan segelintir orang kaya pada tahun 2010 (satu tahun) sudah mencapai Rp 200 trilyun.

MENGATASI MASALAH
Karunia yang diberikan Allah SWT harus menyebabkan orang kaya semakin taat kepadaNYA. Ajaran Islam memberikan kesempatan kepada semua orang untuk menjadi kaya dan menambah kekayaan. Banyak sekali contoh-contoh yang menunjukkan bahwa ajaran Islam memberi kesempatan kepada semua orang untuk menjadi kaya dan menambah kekayaan. Beberapa sahabat seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Abdurahman bin ‘Auf dikenal sebagai sahabat yang kaya. Bahkan di dalam Al Qur’an ditunjukkan berdagang sebagai salah satu cara mendapatkan kekayaan yang merupakan rejeki dari Allah SWT. Hal itu sebagaimana ditunjukkan dalam surat Quraisy yang menyebutkan kebiasaan orang Quraisy dalam melakukan perdagangan dan menggapai rejeki Allah SWT sampai ke negeri Syam dan Yaman. Sudah selayaknya kalau penyembahan dan ketaatan hanya untuk Allah SWT semata Dzat Yang Maha Pemberi Rejeki.
Bersamaan dengan penyembahan dan ketaatan kepada Allah SWT, hendaknya orang kaya meningkatkan tanggung jawabnya sekuat-kuatnya kepada orang yang miskin. Jika mempehatikan bahwa kemiskinan dapat berkurang seperti di Jawa Tengah yang pada tahun 2008 kemiskinannya mencapai sekitar 6,19 juta jiwa, dan pada tahun 2009 turun menjadi 5,76 juta jiwa, maka kalau para orang kaya semakin meningkatkan tanggung jawabnya sekuat-kuatnya, pasti kemiskinan akan lebih banyak berkurang, tidak hanya di Jawa Tengah, namun juga di berbagai daerah lain di seluruh dunia. Dalam hal ini harus ditekankan bahwa menyantuni orang miskin adalah termasuk tanggung jawab orang yang mampu/kaya. Allah SWT berfirman dalam surat Al Ma’arij ayat 18 hingga 25: “Sesungguhnya manusia diciptakan dengan sifat suka mengeluh, Yaitu manakala ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah, Dan manakala terdapat keuntungan harta-benda, ia menjadi kikir, Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, Yang selalu mengerjakan shalatnya itu, Dan orang-orang yang di dalam tumpukan harta-bendanya tersedia bahagian tertentu, Untuk orang miskin yang meminta-minta dan tidak meminta-minta”.
Selain itu, mereka juga harus meninggalkan seluruh tindakan yang melanggar syariat Islam. Sangat disayangkan kalau kekayaan diraih melalui hak paten, penguasaan harta milik umum, riba dan berbagai cara yang lain yang tidak sah. Sebagaimana juga sangat disayangkan kalau kekayaan digunakan untuk menyumbang yang tidak benar, menyuap, atau berbagai cara menggunakan harta yang tidak sah. Termasuk juga tindakan meraih dan menggunakan kekayaan yang justru melanggengkan tradisi jahiliyah dan kepemimpinan kapitalisme dan seluruh musuh-musuh Islam harus dicampakan sejauh-jauhnya.
Untuk mendukung ketaatan kepada Allah SWT yang dilakukan oleh orang kaya, sudah selayaknya kalau aparat juga bersifat tegas. Sangat disayangkan kalau aparat ternyata tidak adil. Terhadap rakyat kecil yang kesulitan diperlakukan dengan tegas, seperti mencuri karena dipaksa oleh kemiskinan pun diajukan ke pengadilan. Demikian juga, sebagian umat Islam dituduh melakukan terorisme padahal kasusunya belum sampai ke pengadilan. Sedangkan orang kaya yang sudah divonis hukuman ternyata hukuman bisa dikurang-kurangi atau pada saat dipenjara ternyata bisa keluar masuk penjara seenaknya, seperti Gayus atau Artalita. Maha benar Allah SWT dengan firmanNYA: “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (Al Maaidah : 50).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar